Kamis, 13 November 2014

Penggunaan Bahasa Baku dan Tidak Baku


A.      Pengertian Bahasa Baku
Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang dapat menghubungkan seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas.

Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku berarti  bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.

B.       Pengertian Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.

C.      Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

D.      Fungsi Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk  (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu:
1.    Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa.
2.    Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3.    Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
4.    Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.

E.       Fungsi Bahasa Tidak Baku
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak resmi) sehari-hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).

F.       Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku
1.    Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
a.    Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b.    Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
c.    Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

Ciri-Ciri Lain Bahasa Baku
a.    Tidak terpengaruh bahasa daerah;
b.    Tidak dipengaruhi bahasa asing;
c.    Bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
d.   Pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
e.    Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
f.     Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

2.    Ciri Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku juga memiliki ciri khas yaitu:
a.    Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
b.    Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
c.    Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
d.   Digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

G.      Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku dengan Baik dan Benar
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku.
Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.
Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.

H.      Penyebab Ketidakbakuan Kalimat
1.    Pelesapan Awalan
Awalan yang sering dilesapkan mengakibatkan kalimat yang terbentuk menjad i tidak baku ialah me- , men-, ber-, dan di-. Contoh :
a.    Awalan Me-/Men-
Polisi terus mengusut kasus pembunuhan Sumanto  (Baku)
Polisi usut terus kasus pembunuhan sumanto. (Tidak Baku)
b.    Awalan Ber-
Andi ingin bertanya tentang sesuatu (Baku)
Andi ingin tanya  tenteng sesuatu. (Tidak Baku)
c.     Awalan di-
Seorang pencuri dihukum satu tahun (Baku)
Seorang pencuri hukum satu tahun (Tidak Baku)
2.    Pelesapan Akhiran
Ada dua akhiran yang penggunaanya dilesapkan, yaitu akhiran -kan dan -i. yang bisa mengakibatkan kalimat menjadi tidak baku. Contoh:
a.    Akhiran –kan
Mereka memperlihatkan kebaikannya. (Baku)
Mereka memperlihat kebaikannya (Tidak baku)
b.    Akhiran –i
Kami saling mencintai. (Baku)
Kami saling mencinta. (Tidak Baku)
3.    Pemborosan Penggunaan Kata
Pemborosan kata di mana, daripada, di dalam, dalam, kepada, dari, maka.
Contoh :
Tempat ditemukannya benda itu sudah dicatat. (Baku)
Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat. (Tidak Baku)
Peta itu merupakan bagian kabupaten Gresik. (Baku)
Peta itu merupakan bagian daripada kabupaten Gresik. (Tidak Baku)
Anak itu menulis karangan. (Baku)
Anak itu menulis dalam karangan. (Tidak Baku)
Hadirin dimohon berdiri. (Baku)
Kepada hadirin dimohon berdiri. (Tidak Baku)
Hasil selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota Gresik melebihi fasilitas jalan. (Baku)
Dari hasil selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota Gresik melebihi fasilitas jalan. (Tidak Baku)
Dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari kelurahan kota baru. (Baku)
Maka dengan ini kami haturkan data seorang ibu dari kelurahan kota baru. (Tidak Baku)
4.    Ketidaktepatan Pemilihan Kata
a.         Penggunaan kata bahasa Jawa
b.         Penggunaan kata yang termasuk ragam tidak baku
Contoh :
Ia sedang membuat rak buku. (Baku)
Ia sedang membikin rak buku. (Tidak Baku)
c.         Kesalahan Pembentukan Kata
Ketidaktepatan Penggunaan bentuk – nya.
Contoh :
Atas bantuan saudara, kami ucapkan terima kasih. (Baku)
Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih. (Tidak Baku)

d.        Penggunaan Konjungsi Ganda
Contoh :
Karena sakit ia tidak masuk kelas. (Baku)
Karena sakit. Maka ia tidak masuk kelas. (Tidak Baku)
Meskipun kita tidak berperang, kita harus waspada. (Baku)
Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada. (Tidak Baku)
Walaupun keringat membasahi seluruh badan, ia tetap bekerja. (Baku)
Walaupun keringat membasahi seluruh badan, namun ia tetap bekerja. (Tidak Baku)
e.         Kesalahan Ejaan
Contoh:  Kemaren, apotek, koprasi, maniz, senen, kemis, dll.
Contoh kalimat yang tidak baku dan sering kita jumpai di gang yaitu “Naik kendaraan harap turun”. Tentu kalimat tersebut tidak baku, karena ada perintah yaitu “naik kendaraan” dan ada permohonan yaitu “harap turun”. Kalimat tersebut bertentangan tentunya, pembetulannya yaitu “Pengendara kendaraan harap turun”.
Contoh lain misalnya “Dalam rapat itu membicarakan masalah pendidikan”, pembetulannya yaitu “Dalam rapat itu dibicarakanmasalah pendidikan”
Contoh lain, yaitu yang sering terjadi dalam sebuah acara kata “Waktu dan tempat kami persilakan”, yang dipersilakan adalah waktu dan tempat. Tapi tidak ada subyeknya, pembetulan kalimat tersebut adalah “Saudara Didin kami persilakan”.
Ada juga kata imbuhan yang sering kita gunakan, namun belum tepat dalam memberi imbuhan. Syarat kata berimbuhan :
1.    Kata yang diawali dengan huruf depan “S”, “K”, “P”, dan “T” akan meluluh jika diberi imbuhan.
2.    Kata dengan huruf depan kluster atau konsonan rangkap dengan imbuhan “me-” maka akan tetap.
3.    Kata terdiri atas satu suku kata.
Misalnya sebagai berikut :
a.    Kata sukses diberi imbuhan “me-” menjadi “menyukseskan”, tidak “mensukseskan”. Karena huruf depan dari kata sukses adalah “S”, jadi kalau diberi imbuhan “me-” huruf “S” akan meluluh.
b.    Kata “pesona” diberi imbuhan “me-” menjadi “memesona”, tidak “mempesona”. Karena huruf depan dari kata pesona adalah “P”, jadi kalau diberi imbuhan “me-” huruf “P” akan meluluh.
c.    Kata “protes” diberi imbuhan “me-” menjadi “memprotes”, tidak “memrotes”. Karena huruf depan dari kata protes adalah “PR”, jadi kalau diberi imbuhan “me-” huruf “PR” akan tetap dan tidak meluluh.

I.         Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.

No
Kata Baku
Kata Nonbaku
1.
Aktif
aktip, aktive
2.
Alquran
Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
3.
Apotek
Apotik
4.
Azan
Adzan
5.
Cabai
cabe, cabay
6.
Daftar
Daptar
7.
doa
do’a
8.
efektif
efektip, efektive, epektip, epektif
9.
elite
Elit
10.
e-mail
email, imel
11.
Februari
Pebruari, February
12.
foto
Photo
13.
fotokopi
foto copy, photo copy, photo kopi
14.
hakikat
Hakekat
15.
ijazah
ijasah, izajah
16.
izin
Ijin
17.
jadwal
Jadual
18.
Jumat
Jum’at
19.
karena
Karna
20.
karismatik
Kharismatik
21.
kreatif
kreatip, creative
22.
lembap
Lembab
23.
lubang
Lobang
24.
maaf
ma’af
25.
makhluk
Mahluk
26.
mukjizat
mu’jizat
27.
napas
Nafas
28.
nasihat
Nasehat
29.
objek
Obyek
30.
provinsi
propinsi, profinsi


J.        Contoh kalimat baku dan tidak baku
5.    Kalimat Tidak Baku
a.    Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
b.    Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
c.    Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
d.   Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
e.    Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
f.     Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
6.    Kalimat Baku
a.    Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
b.    Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
c.    Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
d.   Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
e.    Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
f.     Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.




K.      Contoh-Contoh Kesalahan Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.
Contoh 1:  Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
Salah                                                               Benar
1.      Saya suka nonton bola.                             Saya suka menonton bola.
2.      Presiden resmikan pabrik baru.                 Presiden meresmikan pabrik baru.
3.      Bapak ada rumah.                                     Bapak ada di rumah.

Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

Contoh 2: Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
Kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Contoh:
Salah                                                                     Benar
1.      Dia datang Bandung dari.                                1. Dia datang dari Bandung.
2.      Makanan itu telah dimakan oleh saya.            2. Makanan itu telah saya makan.
3.      Tak apalah, it doesn’t matter.                        3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4.      Te‛nang, bu.                                               4. Tenang, bu.

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung)Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
Selain dari contoh diatas juga masih banyak lagi contoh-contoh dan jenis-jenis kesalahan berbahasa yang tidak dapat pemakalah sampaikan pada makalah ini.




0 komentar:

Posting Komentar