Minggu, 04 Agustus 2013

Resensi Novel Ai (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)


Judul : AI (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)
Penulis : Winna Efendi
Tebal halaman : 282 halaman
Penerbit : Gagas Media



Sinopsis
Ai dan Sei adalah sepasang sahabat yang tinggal di sebuah desa kecil di Jepang. Rumah mereka bersebelahan, keluarga Ai memiliki usaha pemandian air panas sedangkan keluarga Sei memiliki usaha rumah makan. Sejak SD sampai SMU mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama, di kelas yang sama, dan bangkunya bersebelahan. Mereka tak pernah terpisahkan.
Suatu hari muncullah seorang remaja pria dari Tokyo, bernama Shin. Shin adalah remaja pria yang sangat modern dengan gadget-gadgetnya yang canggih. Perlahan Ai dan Sei bersahabat dengan Shin, yang tadinya Ai dan Sei selalu berdua sekarang mereka selalu bertiga bersama Shin. Seiringnya waktu Ai dan Shin saling menyukai, rasa sayang antara pria dan wanita. Bahkan Ai rela ingin mengikuti Shin masuk universitas di Tokyo. Sei mulai tak senang melihat kedekatan antara Shin dan Ai, dia tak mau Ai bersama pria lain dan mengikuti pria lain selain dirinya. Dia pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di universitas di desanya. Namun Ai, Shin, juga keluarganya terus mendesaknya untuk  kuliah di Tokyo, Sei memang anak yang pintar. Sei pun akhirnya memutuskan kuliah di Tokyo bersama Ai dan Shin.
Di Tokyo mereka tinggal bersama. Mereka terlihat sangat bahagia dapat selalu bersama. Kehidupan di Tokyo tidak mudah apalagi mereka hanya tinggal bertiga tanpa orang dewasa yang mengawasi. Mereka bertiga memutuskan untuk mencari pekerjaan, Ai dan Shin sudah mendapatkan pekerjaan tapi Sei belum. Akhirnya Sei diterima bekerja di sebuah restoran. Di restoran itu Sei bertemu dengan Natsu, gadis yang menyenangkan, menarik, dan ramah. Sei dan Natsu pun menjadi teman dekat, Ai dan Shin pun juga berteman dengan Natsu. Semakin lama, hubungan Shin dan Ai semakin serius bahkan mereka sudah bertunangan. Shin melamar Ai dengan cara yang romantis di Tokyo Tower. Tanpa ada yang tahu Sei melihat kejadian itu dan Sei mulai menyadari kalau dia mencintai Ai. Karena kejadian itu Sei berusaha menjauh dari Shin dan Ai, Sei semakin sangat dekat dengan Natsu. Sei dan Natsu pun tinggal bersama.
Saat hari kepindahannya, Sei menerima kabar buruk bahwa Shin kecelakaan. Sei pun segera menghubungi Ai dan menuju rumah sakit namun terlamat, Shin tidak dapat terselamatkan. Ai sangat shok. Mereka pun kembali ke desa untuk memakamkan Shin. Ai menjadi sangat berubah setelah kematian Shin, Sei sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya. Sei pun memutuskan untuk tetap tinggal bersama Ai. Natsu sangat kecewa dengan keputusan Sei. Sebenarnya Natsu mencintai Sei dan dia tahu kalau Sei mencintai Ai, dia kira ia dapat membuat Sei melupakan Ai namun Natsu salah.
Seiringnya waktu Ai sudah dapat bangkit kembali walaupun tidak persis seperti dulu tapi dia sudah mulai melakukan kegiatannya seperti biasa. Namun hubungan Natsu dan Ai menjadi aneh. Natsu tidak suka melihat Ai yang seakan mempermainkan Sei. Ai ingin Sei selalu ada disisinya namun Ai belum bisa menerima Sei. Namun, Ai berpikir kalau dia menerima Sei itu berarti ia akan mengkhianati Shin. Sei pun memutuskan untuk pergi dari Ai, dia tak ingin membebani Ai.
Sebenarnya Ai menyukai Sei sejak mereka masih bersekolah namun saat itu Sei hanya menganggap Ai sebagai sahabat. Ai pun memendam perasaan sampai akhirnya dia bertemu dengan Shin. Dan saat ini Ai masih teringat bayang-bayang Shin juga keberadaan Natsu jadi dia belum bisa memantapkan perasaannya pada Sei. Ai menemui Sei dirumahnya dia pun meluapkan seluruh perasaannya. Ai tak ingin Sei pergi darinya. Ai ingin Sei selalu ada disampingnya dan bersamanya.

"Hai Sei, Jika kau punya sebuah permohonan, apa yang akan kau minta?"
"Aku akan minta supaya kita bertiga bisa hidup bahagia selamanya."
"Ya, aku juga."
"Kalau begitu, kita berdua harus hidup bahagia mulai sekarang, untuk menggantikan Shin."
"Baiklah. Mari kita hidup dengan bahagia."

"Ai, apakah yang dikatakan Shin ketika dia mengucapkan selamat tinggal?"
"Kau benar-benar ingin tahu Sei?"
"Tentu saja. Aku sangat penasaran."
"Dia berkata, hal terpenting dalam cinta adalah persahabatan, dan hal yang terpenting dalam persahabatan adalah cinta."


Kelebihan:
Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan para remaja yang menjalankan hubungan persahabatan yang kemudian menjadi kekasih dan menikah. Dalam novel ini selain belajar tentang budaya Jepang, kita juga dapat mengetahui berbagai tempat di Tokyo.

Kelemahan:
            Ceritanya terlalu berbelit-belit dan terkadang menjengkelkan karena terlalu banyak lika-liku dalam cerita.


Unsur Intrinsik:
a.         Judul : Ai (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)
b.        Tema : Pesahabatan dan Percintaan
c.         Tokoh :
-          Sei Matsumoto
-          Ai
-          Shinichi Matsuoka
-          Bapak Shin
-          Ibu Shin
-          Bapak Ai
-          Risa
-          Kenta Fukuda
-          Chiharu
-          Natsu
d.        Setting :
Waktu :
-          Pagi    : Ketika orang-orang mampir di pemandian air panas Nakaji.
-          Sore    : Orang-orang berbondong-bondong pergi ke pemandian umum untuk membersihkan diri.
-          Malam: Melayani tamu-tamu yang datang di restoran untuk makan malam.
-          Musim panas: Festival musim panas di mana mereka semua berkumpul menyaksikan beberapa tarian tradisional, makanan tradisional Jepang.
Tempat :
-          Di pedalaman kecil sudut negeri Jepang
-          Sento Tradisional (pemandian umum) : Tempat tinggal Ai dan Sei
-          Universitas Todai, Tokyo : Tempat Sei, Ai, dan Shin kuliah setelah lulus sekolah di desa
-          Tokyo Tower : Tempat di mana Shin melamar Ai
Suasana :
-          Gembira : Saat mengetahui bahwa mereke bertiga lulus dengan nilai sempurna dan diterima di universitas Todai, Tokyo.
-          Bahagia : Sei tidak bisa menghentikan seulas senyum senang diwajahnya melihat mata Ai berkaca-kaca tertawa tak habis-habisnya sambil berkejaran dengan untaian seribu layang-layang yang menaungi langit musim panas
-          Menyedihkan : Sei merasa sedikit sesak, mungkin sedikit kecewa karena Ai memilih Shin kali ini bukan dia yang sudah belasan tahun menjadi sahabatnya.
-          Menegangkan : Shin dengan ragu-ragu bertanya kepada Sei bahwa dia mencintai Ai dan dia takut kalau Sei juga mencintainya.
e.         Penokohan :
-          Ai : Rajin,ceroboh, ceria, hiperaktif, egois, dan manja
Langsung, (Lagi-lagi aku memandangnya, sedikit kagum dengan keberaniannya. Ai yang ceria dalam raut wajahnya setiap kali berbicara dengan orang.)
Langsung, (Ai yang ceroboh, Ai yang kadang menangis jika terjatuh, Ai yang selalu lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya.)
Langsung, (Dia selalu hiperaktif, tidak bisa diam dan tidak bisa mencurahkan perhatian total pada sesuatu.)
Langsung, (Shin tidak pernah mengeluh dengan sifat Ai yang terkadang egois.)
-          Sei Matsumoto : Baik hati,pengertian, keras kepala, sabar, rajin,tertutup dan setia kawan
Langsung, (Aku membenci segala sesuatu yang membuatnya sedih, ingin selamanya melihat senyum di wajah Ai. Menjaganya hingga tidak ada seorang pun yang bisa menyakitinya.)
Langsung, (Ai mendesah lagi , ”kau keras kepala sekali, Sei!”)
Langsung, (Dengan sabar, aku dan Shin membimbing Ai mempelajari beberapa pelajaran agar dia bisa lulus dengan nilai sempurna.)
-          Shinichi Matsuoka : Pengertian, baik hati, sabar, dan mengerti teknologi
Langsung ,(Shin punya game-game canggih, mengerti internet, kamera digital, dan robot anjing yang bisa berbicara. Namun, Shin teman yang baik karena dengan sabar dia menjelaskan bebnda-benda itu pada kami dan dia mau mengajariku menggunakan komputer.)
Langsung, (Dalam waktu yang singkat bisa memahami sifat Ai dengan begitu mudah.)
-          Ayah Sei : Berwibawa, kaku, tegas, pemarah, dan benci dinasehati
Langsung, (Ayahku orangnya sangat berwibawa, kaku, tegas dan benci dinasehati atau dibantah.)
Langsung, (Ibu menghela nafas setiap kali ayah sibuk mengomeli para pekerja karena kesalahan-kesalahan kecil di restoran.)
-          Ibu Sei : lemah lembut dan pendiam
Langsung, (Ibuku adalah seorang perempuan yang lunak dan lemah lembut dan selalu diam tanpa komentar setiap kali ada masalah dengan ayah.)
f.         Alur :
Alur maju karena diawali dengan perkenalan kemudian klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.
g.        Gaya bahasa      :
Menggunakan majas personfikasi, majas asosiasi(perumpamaan), majas hiperbola
Kalimat itu muncul begitu saja dikepalaku berulang-ulang seperti rekaman rusak.
Keheningan diantara kami semakin mencekik, sehingga bunyi jarum jam yang merangkak lambat terdengar begitu keras.
Rumah berlantai dua  yang tak terlalu luas itu tampak letih.
h.        Sudut Pandang :
Orang pertama karena menggunakan kata “aku”
i.           Amanat            :
Jagalah persahabatan kita jangan sampai ada konflik, dan jalani persahabatan kita dengan penuh cinta.
Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang menyayangi kita karena suatu hari nanti dia akan pergi meninggalkan kita tanpa sepengetahuan kita.

Nilai Ekstrinsik:
Nilai budaya: kebudayaaan jepang, mempercayai bahwa jiwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke dunia ini melalui reinkernasi.
Nilai pendidikan: Bersekolah di sekolah menengah  di desa kemudian mereka melanjutkan sekolah di Tokyo karena fasilitas lebih memadai.
Nilai moral : Ai yang tidak teguh pendirian hanya bisa mengikuti Sei dan Shin ke mana akan pergi dan berkuliah.
Nilai agama: Berkunjung ke kuil untuk berdoa
Nilai ekonomi: Berasal dari keluarga yang berkecukupan karena memiliki usaha keluarga yaitu restoran dan pemandian umum.

0 komentar:

Posting Komentar